Chapter 7.1: Refreshing

Zack’s POV
22 Agustus 2021

“Lucky pulang ya, Zack” Tanya seorang guru berkacamata tebal ketika aku mulai memasuki kantor.

“Iya, kenapa memang pak? Kangen sama adiknya ya?” Tanyaku sedikit berkelakar sebelum menarik sebuah kursi kantor dan kemudian duduk dan membuka laptopku. Akhir-akhir ini aku suka sekali duduk di kantor seperti sekarang ini, apalagi jika kepala sekolah sudah pulang dan hanya tertinggal guru anehku yang sekarang berada di depanku.

Namaku adalah Zack, aku bersekolah di sekolah yang menerapkan sistem boarding school. Mungkin beberapa dari temanku sudah mengatakan kepada kalian bahwa sekolah di boarding school benar-benar terasa sangat menyebalkan karena kita tidak memiliki hiburan apa pun. Tidak boleh membawa ponsel, tidak boleh membawa novel, tidak boleh dekat dengan cewek, dan juga tidak boleh keluar untuk sekadar menyegarkan mata. Sangat membosankan, bukan?

Untung saja aku adalah seorang siswa SMK dengan jurusan Teknik Komputer Jaringan sehingga kami diberikan keringanan untuk boleh membawa salah satu alat yang paling efektif untuk belajar, sekaligus hiburan yang benar-benar mengusir rasa bosan, yaitu laptop. Beberapa dari kawanku membawa laptopnya dan menitipkannya ke kantor, tetapi hanya sedikit dari mereka yang mau berurusan dengan guru yang satu ini.

Namanya adalah Karma. Guru yang satu ini bisa dibilang cukup aneh dan meskipun tampangnya berantakan, guru ini sering banget tebar pesona kepada murid cewek. Aku tidak tahu apa motivasi sebenarnya dari guru yang satu ini sih, hanya saja aku merasa dia sedikit pilih kasih dengan murid cowok sehingga banyak temanku yang tidak mau berurusan dengan guru yang satu ini.

Tetapi akhir-akhir ini, guru yang satu ini pun sepertinya sudah mengurangi acara tebar pesonanya dan menjadi sedikit pendiam. Meskipun begitu, dia masih bukan pendiam yang normal, dia justru pendiam yang aneh.

Bayangkan saja, sejak awal dia tidak terlalu peduli dengan masalah penampilannya. Rambutnya selalu berantakan dan jika dikomentari bahwa rambutnya berantakan, besok pasti dia sudah gundul. Tapi kemudian dia tiba-tiba saja berubah dan membeli berbagai macam barang untuk menjadi guru yang sedikit stylish.

Bahkan tidak hanya stylish, dia bahkan membeli sepeda dan berangkat dari rumahnya dengan menggunakan sepeda tanpa ada tujuan yang pasti. Entah apa yang merasukinya sehingga dia berubah menjadi orang pendiam yang aneh seperti ini.

Meskipun begitu, menurutku itu tidak menjadi masalah sih karena sekarang dia sudah mulai mengurangi tebar pesonanya kepada murid cewek dan mulai bergaul dengan murid cowoknya. Kalian mendengar pertanyaannya tadi kan? Dia menanyakan tentang Lucky yang sedang pulang dan bahkan sedikit berkelakar denganku. Biasanya dia hanya akan menanggapinya dengan sarkasme yang menyebalkan.

“Sepi dong gak ada Lucky” Katanya sambil meletakkan dagunya di atas meja kantor.

“Iya juga sih, si Romi juga gak tahu rimbanya ke mana” Komentarku sambil menunggu laptopku menyala secara sempurna.

“Romi sih sudah pasti dong. Dia kan orang yang suka tebar pesona tapi kemudian bingung sendiri saat ditanggapi” Sahut Pak Karma. Aku pun tertawa kecil mendengar ucapan dari guruku tersebut dan mulai mengutak-atik laptop yang berada di depanku.

Keheningan menyelimuti kami berdua selama beberapa menit. Akhir-akhir ini biasanya beberapa teman cowokku sering banget nongkrong di kantor sambil berbincang-bincang dengan Pak Karma, tetapi mereka semua sepertinya sedang pulang. Lucky pulang, Romi juga sepertinya sedang pulang, dan bahkan ketua kelas pun pulang. Tinggallah kami berdua di sini terdiam dalam keheningan.

“Zack, ikut aku pulang ke rumah yuk” Kata Pak Karma tiba-tiba. Aku pun menghentikan acara bermain laptopku dan kemudian memandang guruku dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Kenapa tiba-tiba dia mengajakku?

“Besok kan hari minggu, kita main saja ke kota gitu. Aku benar-benar butuh istirahat” Kata Pak Karma. Aku merasa sedikit aneh sih, kenapa tiba-tiba dia mengajakku untuk main? Kemarin aku sempat melihat Lucky juga main bersama dengan Pak Karma keluar asrama dan jujur saja, aku juga sepertinya sudah jenuh berada di asrama. Mungkin tidak ada salahnya aku mencoba untuk mengikuti saran dari Pak Karma untuk jalan-jalan besok.

“Baiklah”

-0-

“Sial… Sepertinya kita berangkat terlalu malam” Kata Pak Karma sambil mengibaskan jas hujannya untuk sedikit mengeringkan jas hujan yang sudah basah kuyup tersebut. Aku pun melepaskan jaketku dan menaruhnya di atas meja makan sebelum akhirnya duduk di kursi yang sudah disediakan.

“Nasi goreng dua bang. Sama susu jahe dan… kamu mau minum apa, Zack?” Tanya Pak Karma.

“Coklat panas saja” Jawabku singkat. Aku tidak begitu suka dengan kopi sehingga aku lebih memilih untuk memesan coklat panas saja. Pak Karma pun duduk di depan mejaku dan kemudian mulai mengajakku mengobrol.

“Gimana Zack, keadaan asrama? Sepertinya terlihat berantakan?” Tanya Pak Karma sambil sedikit tersenyum lebar. Aku pun mengangguk pelan mendengar ucapan tersebut. Aku benar-benar setuju sih dengan pendapat dari Pak Karma bahwa asrama sekarang benar-benar berantakan. Jika kalian membayangkan bahwa boarding school berisi anak-anak yang alim dan baik serta sopan dan santun, maka kalian salah besar. Asrama juga memiliki sisi gelap tersendiri.

“Iya juga sih. Tapi yang paling bikin aku risi itu adalah hubungan antar lawan jenis” Kata Pak Karma membuka diskusi. Aku pun menatap Pak Karma dengan tatapan heran. Kenapa tiba-tiba dia membicarakan hal ini?

“Maksudku, aku yang sudah mengalami banyak seperti ini saja baru saja menyadari bahwa pengaruh dari perempuan itu sangat besar sekali” Lanjutnya. Dan kemudian aku mendengarkan celotehan dan curahan hati yang panjang dari guru tersebut. Intinya, dia merasa sedikit kecewa dengan dirinya sendiri karena merasa sudah dimanfaatkan oleh beberapa siswi cewek, dan dia tidak sadar dengan hal tersebut. Dan dia juga mengatakan bahwa mungkin saja siswi cewek juga dimanfaatkan oleh siswa cowok tetapi tidak sadar juga.

Hubungan lawan jenis memang terdengar sangat berbahaya dan manipulatif.

“Bahkan, mungkin saja kamu sendiri juga begitu kan?” Tanya Pak Karma sambil sedikit menyeringai menggoda ke arahku. Aku pun sedikit terkesiap mendengar ucapan dari Pak Karma tersebut. Apa maksudnya?

“Maksudnya, Pak?” Tanyaku dengan wajah polos yang hanya dijawab dengan ketawa lepas oleh Pak Karma.

“Aku jadi ingat sih saat kepala sekolah membicarakanmu waktu liburan itu, lalu kemudian dia cerita betapa paniknya dirimu saat mengetahui bahwa kepala sekolah mengetahui masalahmu itu” Kata Pak Karma sambil tetap menahan tertawanya agar tidak terlalu lepas. Aku pun sedikit menunduk malu melihat masalahku diketawakan secara tidak elit oleh salah seorang guruku.

“Memangnya waktu itu banyak yang tahu ya Pak?” Tanyaku.

“Ya, memang waktu itu aku juga sedikit terkejut sih dengan masalah itu, dan kepala sekolah membicarakannya di ruang guru yang waktu itu masih banyak orang” Kata Pak Karma. Duh… Kenapa masalah waktu itu jadi rumit sih?

“Memangnya waktu itu kenapa sih, Zack? Maksudku, waktu itu aku juga mendengar kepala sekolah membicarakan tentang chat rayuan dari dia kepadamu melalui Instagram. Sekarang aku mau bertanya langsung kepada orang yang menerima chat tersebut, kira-kira semenakutkan apa chat tersebut?” Tanya Pak Karma sambil menatap ke arahku dengan tatapan serius.

Aku pun mulai bercerita tentang kejadian yang cukup menghebohkan dan membuat diriku sedikit malu tersebut. Tentang hubunganku dengan Sasa, anak SMP.. Waktu itu awalnya aku juga tidak memiliki rasa apa pun terhadap si Sasa ini, bahkan kenal saja tidak. Bahkan di asrama pun aku hanya mengenal teman seangkatanku saja.

Tapi, waktu itu hanya kebetulan saja aku melihatnya dan sepertinya jiwa-jiwa butuh hiburan dari teman-temanku ini pun mencium sebuah potensi untuk menghibur diri mereka di tengah rutinitas asrama. Kalian harusnya tahu sendiri dong apa hiburan tersebut, tentunya bergosip. Bahkan saat aku hanya melihatnya untuk sekilas saja, gosip sudah mulai berhembus sangat kencang sehingga membuatku sulit untuk berdiri dan mengacuhkan gosip tersebut.

Meski begitu aku tetap berdiri dan berusaha untuk menepis gosip tersebut, tidak peduli siapa yang bilang, tidak peduli siapa yang meledek, aku terus mengacuhkannya.

Hingga suatu hari… tiba-tiba Sasa mengirimiku chat yang menanyakan tentang perasaanku. Awalnya aku bingung dengan pertanyaannya? Kenapa aku harus punya perasaan sama dia hanya karena gosip tersebut? Dan berawal dari itu semua aku mulai berbalas chat dengan Sasa.

Awalnya mungkin hanya sebatas mengobrol ke sana ke mari tanpa arah, tetapi sedikit demi sedikit obrolan kami mulai melewati batas yang diperbolehkan hingga waktu lebaran kemarin aku berkunjung ke rumahnya, karena obrolan aneh tersebut.

“Menarik bukan?” Kata Pak Karma sambil menatapku dengan tatapan serius. Aku pun membalasnya dengan tatapan bingung, apanya yang menarik?

“Menarik bahwa saat kepala sekolah memeriksa obrolannya, dia juga menghasut empat orang cowok lain yang berada di luar pondok” Kata Pak Karma.

Wow… Itu yang aku baru tahu.

“Perempuan memang mengerikan, dan di atas semua itu juga, laki-laki yang bisa memanfaatkan perempuan juga mengerikan. Lawan jenis adalah hal yang benar-benar mengerikan” Kata Pak Karma. Aku pun terdiam mendengar ucapan tersebut. Aku tidak tahu bagaimana perasaanku terhadap Sasa. Apakah aku menyukainya? Apakah aku hanya menganggapnya sebatas teman? Tetapi teman yang istimewa? Entah, aku juga tidak bisa melihat dalam diriku sendiri.

“Aku juga baru saja menyadari hal tersebut. Dan kau tahu yang paling menjengkelkan adalah, aku sudah mengalaminya berkali-kali dan aku tetap jatuh ke lubang yang sama”